Ads Top

Rumah Beton Di Lahan Sempit Solusi Untuk Area Padat Penduduk


Tinggal diperkotaan memang memiliki banyak problem. Salah satunya adalah pemukiman. Dengan harga tanah yang semakin tinggi, sulit rasanya untuk dapat memiliki rumah besar dilahan yang luas, apalagi bila harus tinggal di area yang padat penduduk. Dari problematika itulah yang mendorong Studio Terra e Tuma di Brasil, kemudian merancang sebuah rumah perkotaan yang ramping dengan dinding blok beton dan ruangan-ruangannya yang diatur sedemikian rupa disekitar dua halaman di lahan tersebut.

Kondisinya bisa jadi mirip dengan wilayah perkotaan di Indonesia yang semakin minim lahan. Tidak ada salahnya bila konsep bangunan ini menjadi ide bagi Anda yang ingin membangun rumah di lahan yang sempit di area pemukiman padat penduduk.


Rumah ini menempati lahan memanjang namun ramping di lingkungan padat di Sao Paulo, berukuran 5,6 kali 30 meter. Pemukiman disekelilingnya merupakan rumah-rumah berskala rendah dengan atab-atap bergenting merah.


Situasinya menjadi lebih kompleks, karena dengan lahan yang sempit tersebut, penghuni rumah menginginkan dimensi yang besar dengan ruang yang lebih banyak. Hingga akhirnya dibangunlah rumah seluas 170 meter persegi ini.


Dengan nilai tanah yang semakin tinggi, merancang rumah ideal dengan petak-petak kecil dengan kebutuhan area yang dua kali lebih besar dari lahan ini, merupakan solusi bagi pemilik lahan sempit sekaligus solusi bagi kota.


Ketika dalam proses membangunnya, para tim pembangunan menggunakan konsep dari "dalam-keluar".  Sebagian bangunan dibuka ke luar rumah, dengan penekanan pada ruang di atas massa. Pintu masuk terselip di dalam cekukan kecil yang sudah diatur jauh dari jalan. Area parkir menempati bagian depan properti dan berada di belakang pagar.


Di bagian atas rumah, tim menempatkan teras dengan sebuah pohon. Teras diapit pada dua sisi oleh dinding blok beton yang tinggi, dengan papan beton yang membentang di antara keduanya. 


Di bagian dalam, rumah tersebut diorganisir seputar dua halaman yang dikelilingi oleh jalan setapak, dinding beton dan kaca. Selain menyediakan cahaya dan ventilasi yang diperlukan untuk kesehatan dan kualitas ruang, mereka juga mengartikulasikan ruangan. 


Sebuah kolam menempati salah satu halaman, beberapa buah kotak  diatasnya tergantung dengan dedaunan lebat yang tumpah di tepinya. Kotak itu digantungkan dari plat beton yang cukup kuat untuk juga menampung sebatang pohon di atap.


Kamar tidur ditempatkan di lantai dasar, sebuah keputusan yang tidak biasa mengingat lantai ini biasanya disediakan untuk area sosial. Sementara zona publik ditempatkan di lantai dua, tujuannya agar lebih dekat ke dek atap.


Walhasil lantai dasar sebagai area privasi menjadi wilayah yang hening dan tenang. Sebaliknya hal ini juga memungkinkan area sosial lebih terang dan terbuka.

Interiornya memiliki estetika mentah. Dinding dan lantai blok beton dibiarkan terbuka dibeberapa sisi, tangga beton menghubungkan berbagai tingkat. Di ruang tamu, satu dinding dilapisi dengan kayu bekas.


Hasil akhir interior lebih merupakan "hasil", daripada gagasan  itu sendiri yang telah terbentuk sebelumnya. 

Rumah ini menggunakan sumber daya seadanya, tenaga dan material yang ada. Yang diprioritaskan dalam konsep ini adalah kualitas ruang dalam hal cahaya, ventilasi dan fungsi - dan hasilnya adalah apa yang Anda lihat.  Finishing dan dekorasi interior tidak memiliki kekuatan untuk memberikan kualitas arsitektural yang nyata, tapi itu lebih merupakan konsekuensi dari semuanya.




Fotografi oleh Nelson Kon.

No comments:

Powered by Blogger.